Akhirnya Saya Batal Kawin Lagi



Sebenarnya semua ini berawal dari taruhan kecil saya kepada salah satu sales pay tv K-Vision,beberapa minggu lalu ada sales K-Vision yg ke rumah dan menawarkan receivernya sambil bergombal ria,.."kalau bapak tidak membeli sekarang,bapak menyesal loh,bulan depan ( Juni 2014 ) harga naik bapak "...
Dengan nada serius saya jawab,kalau bulan depan menjelang piala dunia 2014 K-Vision berani naik harga,saya nadzar Kawin Lagi.

Mengapa saya berani berkata begitu ? ..tentu dengan pelbagai pertimbangan dan analisa amatiran saya,..dan dengan logika yang paling gampang sekalipun akan sulit di terima akal sehat jika K-Vision berani naik harga..kita kupas secara perlahan saja mengapa saya berani bernadzar Kawin Lagi jika bulan Juni K-Vision naik harga..

>> Jualan utama K-Vision hanyalah World Cup 2014 dan ISL ,selain itu jualan K-Vision adalah sama halnya seperti pay TV yg lain,hanya berkutat di HBO,FOX dkk,BEIN sport dll..

>> K-Vision tidak mempunyai hak siar ISL secara penuh,hanya punya hak siar hingga akhir musim 2013/2014,karena hak siar spenuhnya berada di tangan BVSport,yg notabene milik ARB sang capres GAGAL..

>>Secara kualitas,receiver K-Vision yg type Bromo sangatlah standar (jika tidak mau di bilang jelek),dengan harga 1,2jt rasanya sangat mahal untuk sebuah receiver yg hanya berkualitas MPEG2,walaupun terdapat port HDMI di belakangnya tapi kualitas gambar yg di hasilkan setara dengan receiver di pasaran yg seharga 120rb.

>>Dengan range harga 1.2jt s/d 1.4jt (tergantung daerah),alangkah lebih bijak jika uang saya belikan receiver HD seharga 290rb ( MATIX TURBO HD) dan actuator seharga 310rb kalau hanya sekedar untuk nonton World Cup 2014 secara free..

Statemen bos K-Vision di media cetak sesaat setelah launching,memang betul pengguna parabola berjaring FTA di Indonesia berada di kisaran angka 15jt penduduk/rumah,dan masih banyak potensi yg dapat di raup pay tv dari angka 15jt tersebut.

Tapi jika menilik dari respon para pemilik parabola,bisa di lihat di beberapa FP,mereka sangat antipati terhadap K-Vision,mereka menjadikan K-Vision sebagai musuh bersama,lihatlah betapa semangatnya mereka dengan bantuan para brutter menjebol pertahanan bisskey,betapa semangatnya mereka untuk saling share nonton World Cup 2014 tanpa harus beli receiver K-Vision,satelit mana dan berapa SID serta bisskeynya untuk nonton World Cup dari satelit di Asia secara free..

Ini justru yang menjadi sangat menarik,karena yg menayangkan World Cup bukan hanya K-Vision saja,TV One dan AN TV juga turut menayangkan,dan justru sebenarnya pemegang hak siar World Cup 2014 di Indonesia adalah TV One & AN TV serta tentu saja juga di acak,mengapa justru K-Vision di jadikan musuh bersama?

Ternyata jawaban yg saya temukan sederhana saja,hanya berawal dari BOLA bernama ISL,pay tv manapun boleh menayangkan Liga apapun secara berbayar,asal jangan ISL,itulah kira-kira keinginan para pemilik parabola yg curhat di twitter maupun facebook,ketika mereka terusik dengan kenyataan bahwa mereka kesulitan menonton liga negara mereka sendiri,saat itulah mereka yg merasa senasib bergerak,dengan semangat mereka saling share feed ISL di frekwensi 3960 H 3000 beserta bisskey,dan lambat laun menjadikan K-Vision sebagai musuh bersama.

Efek bola yg bernama ISL ini sungguh luar biasa,ARB 2 tahun yg lalu babak belur di bully via sosmed gara-gara mengacak siaran ISL yg tayang di TV One dan AN TV,tahun ini giliran Harry Tanoe yg di bully karena tayangan ISL via MNC grup juga di acak,dan ancaman potensi kehilangan 12jt suara terbukti,HT dan Wiranto terjungkal suara partainya ( HANURA ) di pemilu tahun ini.

Sebenarnya pay tv di negeri ini sudahlah sangat banyak,tapi yang justru menjadi pertanyaan,mengapa justru banyak yg antipati terhadap K-Vision? ,melihat kondisi dan respon para calon pelanggan yang banyak bertebaran di dumay dan FP,rasanya sangat sulit bagi K-Vision untuk mencapai target penjualan,jadi bisa di pastikan setelah World Cup 2014 selesai,harga K-Vision pasti terjun bebas,so tidak ada alasan yg jelas mengapa K-Vision harus naik harga.

Jadi selama K-Vision masih memperkosa hak rakyat Indonesia untuk menikmati Liga Negeri mereka sendiri,potensi meraup keuntungan dari 15jt pemilik parabola akan sangat sulit,..karena mereka para pemilik parabola sudah melek teknologi,kita membeli barang,bukan merk,dengan 1.4jt kita sudah bisa memiliki 1set parabola kualitas HD dan 700chanel lebih,dengan uang 1.4jt  kalau di belikan receiver K-Vision kita hanya mendapatkan receiver berkualitas Mpeg2 seharga 110rb...pun begitu dengan receiver K-Vision yg bekerja di frekwensi KU Band,K-Vision tidak pernah jujur akan kelemahan KU-Band,ketika mendung tebal dan hujan dengan intensitas kecil pun,signal KU Band akan lost/hilang,ketika anda komplain ke call center,jawaban konyol akan anda dapatkan .." maaf bapak,receiver KU Band bapak sudah di lengkapi dengan teknologi anti petir dan anti badai...bla..bla...ba..."

bah..teknologi anti petir taek jaran,nggak ada ada itu..apapun pay tvnya..jika masih menggunakan LNB KU Band type offset akan lost signal ketika mendung tebal dan turun hujan...

 tapi sekali lagi semua kembali ke pribadi masing-masing,..ini hanya opini pribadi saya..kalau anda yg membaca sadar ya syukur,ga sadar juga gpp,toh itu pilihan masing-masing...!


baca selengkapnya .....

Plus Minus YESTV

Dari sekian banyak player pay TV di Indonesia,saat ini hanya TelkomVision yang berani berinovasi dengan mengeluarkan product baru pay tv dengan sistem voucher,kita besi menikmati tayangan sesuai dengan keinginan kita dengan cara membeli voucher, akan tetapi tidak semua product baru itu bagus,karena memang semua tidak ada yang sempurna.

Yestv sebenarnya adalah konsep baru dalam menikmati tayangan premium,jikalau dalam setiap iklan yang di keluarkan terdapat banyak kemudahan yang di berikan,ternyata uang yang kita keluarkan tidak akan sebanding dengan apa yang kita dapatkan....

  
Rx Tanaka suport FTA
Harga receiver plus kartu dan antena yang lumayan mahal,di pasaran harga receiver plus tayangan 48chanel selama 2bulan adalah 678rb,dengan uang 678rb kita hanya mendapatkan reveiver kualitas rendah dengan telknologi kuno,alias teknologi odong-odong,alias hanya MPEG2,dimana sekarang hampir semua stasiun televisi menggunakan format MPEG4 untuk siaran digitalnya/via satelit,2tahun mendatang,receiver MPEG2 sudah akan menjadi kenangan lama dan akan berakhir di tukang rongsokan.

Padahal jika kita hitung secara terpisah,jatuhnya sudah mahal,receiver Tanaka T21 bekas,bisa di dapat denga harga 75rb,jika voucher paket combo lengkap seharga 250rb x2 = 500rb,maka ketemu angka 575rb.

678rb + 150(ongkos pasang) =828rb ,dengan uang hampir 900rb,kita hanya mendapat 2bulan paket combo (all chanel) plus 3tahun tayangan TV nasional,setelah 3tahun,jika kita tidak pernah membeli voucher secara otomatis tayangan akan hilang ,tapi jika kita beli voucher,otomatis akan menambah umur/nyawa tayangan selama 2bulan..

Sebenarnya selain Tanaka,ada juga paket prepaid dengan menggunakan teknologi terbaru MPEG4,83chanel,tapi hanya berumur 3bulan,1bulan all chanel,2bulan tv nasional minus MNC tv,setelah itu,end..dengan  harga receiver 500rb,antena 300rb,ongkos pasang 150rb,kita hanya mendapat 3bulan tayangan,hanya orang yang bisa berpikir dengan logika waras saja yang mau membeli,1jt hanya dapat 3bulan?..yang bener saja...karena antena yestv hanya suport dengan dengan receiver bawaan,tidak compatible dengan receiver yang ada di pasaran.

Padahal dengan bugdet yang sama,700-800rb,kita bisa mendapat parabola 6feet galvanis/anti karat serta tayangan sebanyak 54chanel,jika parabola kita fixed,toh isi tayangan Yestv juga hanya tv nasional yang sebenarnya bisa di dapat secara FTA,dan jika ada rezeki lebih bisa kita belikan actuator/positioner yang bisa menangkap lebih banyak satelit,otomatis juga lebih banyak chanelnya.

Hanya saja kekurangan di parabola FTA adalah tidak adanya subtitle/teks terjemahan jika kita menonton tayangan tv luar negeri,tapi toh survey  membuktikan,walaupun kita menggunakan jasa pay tv macam yestv/aora/indovision/top tv ,yang notabene tidak gratis alis berbayar tiap bulan,toh ternyata yang kita tonton tetap saja Opera Van Java,infotaiment,sinetron kacangan dkk.

Sekarang semua tergantung pada kita,uang  800rb kita belikan yestv yang hanya mempunyai umur 3thn dengan 13chanelnya (karena minus MNC TV), atau kita belikan parabola 6feet dengan receiver MPEG4/HD yang bisa menangkap siaran lebih banyak (hampir 70ch),apalagi sekarang banyak bermunculan pay tv baru yang sering open chanel setiap hari sabtu dan minggu yang bisa kita nikmati tayangan premiumnya sacara gratis,dan bisa kita nikmati selamanya tanpa batasan masa aktif.

Semua ada kelemahan dan kelebihan,keputusan tetap ada di masing-masing personal....



baca selengkapnya .....

ternyata....

setelah membaca artikel terakhir dari seorang senior blogger,gairah saya untuk ngeblog sedikit muncul,bahkan saya tidak ingat kapan terakhir saya update artikel,pass blog inipun saya juga lupa,...ha...ha....

ada beberapa alasan mengapa gairah ngeblog saya menurun dan terus menurun,alasan perut adalah alasan nomer 1,karena memang sedari awal saya tidak pernah berniat mencari uang dari blog,dan karena gambling saya terhadap pekerjaan lebih mempertegas alasan untuk sejenak mengundurkan diri dari dunia blogging....

sudah membaca artikel dari senior saya mengenai gambling ?..kalau belum silahkan menuju ke sini ...perlu waktu hampir 7bulan untuk mengembalikan kondisi financial hingga seperti keadaan sebelumnya karena gambling usaha yang saya lakukan,btw,tapi itulah resiko yg harus di ambil,dan saya tidak menyesalinya...

dan ternyata masih ada yang kurang ketika saya mulai bersentuhan lagi dengan dunia maya,lagi-lagi saya harus idem dengan senior blogger mengenai hal ini,ternyata hal yang kurang itu bernama blogging..apakah itu plagiat ? terserah....yang penting untuk saat ini syahwat blogging saya sedang naik,pingin orgasme blogging seperti dulu lagi,......
baca selengkapnya .....

baru kali ini saya membaca sambil menangis....

preman koq nangis...eiittt...preman juga manusia masbro...dan anehnya bukan bacaan telenovela percintaan yang membuat saya menangis,melainkan last note dari mantan Dirut PLN,Dahlan Iskan,salah satu sosok yg saya kagumi selain Joko Widodo [walikota Solo]...

ini saya copy mentah-mentah dari situs resmi PLN tadi sore...saya menganggap tulisan beliau cukup bagus,sehingga perlu saya abadikan dalam blog saya dan semoga menjadi inspirasi bagi yang lain...

Inikah Kisah Kasih Tak Sampai?


Bookmark and Share
Malam itu saya sudah di ruang tunggu bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Siap berangkat ke Amsterdam, Belanda. Tas sudah masuk bagasi. Saya cek lagi paspor untuk melihat dokumen imigrasi. Semua beres. Saya pun siap-siap sebentar lagi boarding. Istri saya sudah di Eropa tiga hari lebih dulu. Mendampingi anak sulung saya yang menjabat Dirut Jawa Pos, yang menerima penghargaan dari persatuan koran sedunia. Jawa Pos terpilih sebagai koran terbaik dunia tahun ini.
Saya pun kirim BBM kepada direksi PLN untuk memberitahu saat boarding sudah dekat. “Kapan pulangnya, Pak Dis?,” tanya seorang direktur. “Tanggal 21 Oktober. Setelah kabinet baru diumumkan,” jawab saya.“Ooh, ini kepergian untuk nge-lesi ya,” guraunya.
Saya memang tidak kepingin jadi menteri. Saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan PLN. Instansi yang dulu saya benci mati-matian ini telah membuat saya sangat bergairah dan serasa muda kembali. Bukan karena tergiur fasilitas dan gaji besar, tapi saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit untuk berubah. Saya juga tidak habis pikir mengapa PLN bisa berubah menjadi begitu dinamis. Beberapa faktor terlintas di pikiran saya.
Pertama, mayoritas orang PLN adalah orang yang otaknya encer. Problem-problem sulit cepat mereka pecahkan. Sejak dari konsep, roadmap sampai aplikasi teknisnya. Kedua, latar belakang pendidikan orang PLN umumnya teknologi sehingga sudah terbiasa untuk berpikir logis. Ketiga, gelombang internal yang menghendaki agar PLN menjadi perusahaan yang baik/maju ternyata sangat-sangat besar. Keempat, intervensi dari luar yang biasanya merusak sangat minimal. Kelima, iklim yang diciptakan oleh Menneg BUMN Bapak Mustafa Abubakar sangat kondusif yang memungkinkan lahirnya inisiatif-inisiatif besar dari korporasi.
Lima faktor itu yang membuat saya hidup bahagia di PLN. Dengan modal lima hal itu pula komitmen apa pun untuk menyelesaikan persoalan rakyat di bidang kelistrikan bisa cepat terwujud. Itulah sebabnya saya berani membayangkan, akhir tahun 2012 adalah saat yang sangat mengesankan bagi PLN.
Pada hari itu nanti, energy mix sudah sangat baik. Berarti penghematan bisa mencapai angka triliunan. Jumlah mati lampu sudah mencapai standar internasional untuk negara sekelas Indonesia. Penggunaan meter prabayar sudah menjadi yang terbesar di dunia. Ratio elektrifikasi sudah di atas 75%. Propinsi-propinsi yang selama ini dihina dengan cap “ayam mati di lumbung” sudah terbebas dari ejekan itu. Sumsel, Riau, Kalsel, Kaltim, Kalteng yang selama ini menjadi simbol “ayam mati di lumbung energi” sudah surplus listriknya.
Pada akhir tahun 2012 itu nanti, tepat tiga tahun saya di PLN, saatnya saya mengambil keputusan untuk kepentingan diri saya sendiri: berhenti! Saya ingin kembali jadi orang bebas. Tidak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan orang bebas. Apalagi orang bebas yang sehat, punya istri, punya anak, punya cucu dan he he punya uang! Bisa ke mana pun mau pergi dan bisa mendapatkan apa pun yang dimau. Saya tahu masa jabatan saya memang lima tahun, tapi saya sudah sepakat dengan istri untuk hanya tiga tahun.
Niat seperti itu sudah sering saya kemukakan kepada sesama direksi. Terutama di bulan-bulan pertama dulu. Tapi mereka melarang saya menyampaikannya secara terbuka. Khawatir menganggu kestabilan internal PLN. Mengapa? “Takut sejak jauh-jauh hari sudah banyak yang memasang strategi mengincar kursi Dirut, ujarnya. “Bukan strategi memajukan PLN,” tambahnya. “Lebih baik, selama tiga tahun itu kita menyusun perkuatan internal agar sewaktu-waktu Pak Dis meninggalkan PLN kultur internal kita sudah baik,” katanya pula.
Saya setuju untuk menyimpan “dendam tiga tahun” itu. Organisasi sebesar PLN memang tidak boleh sering goncang. Terlalu besar muatannya. Kalau kendaraannya terguncang-guncang terus bisa mabuk penumpangnya. Kalau 50.000 orang karyawan PLN mabuk semua, muntahannya akan menenggelamkan perusahaan.
Sepeninggal saya ini pun tidak boleh ada guncangan. Saya akan mengusulkan ke Menteri BUMN yang baru untuk memilih salah satu dari direksi yang ada sekarang, yang terbukti sangat mampu memajukan PLN. Kalau di antara direksi sendiri ada yang ternyata berebut, saya akan usulkan untuk diberhentikan sekalian. Tapi tidak mungkin direksi yang ada sekarang punya sifat seperti itu.
Saya sudah menyelaminya selama hampir dua tahun. Saya merasakan tim direksi PLN ini benar-benar satu-hati, satu-rasa, dan satu-tekad. Ini sudah dibuktikan ketika PLN menerima tekanan intervensi yang luar biasa besar, direksi sangat kompak menepisnya.
Kekompakan seperti itu yang juga membuat saya semakin bergairah untuk bekerja keras mempercepat transformasi PLN. Saya menyadari waktu tidak banyak. Keinginan untuk bisa segera menjadi orang bebas tidak boleh menyisakan agenda yang menyulitkan masa depan PLN. Itulah sebabnya motto PLN yang lama yang berbunyi “listrik untuk kehidupan yang lebih baik”, kita ganti untuk sementara dengan motto yang lebih sederhana tapi nyata: Kerja! Kerja! Kerja!
Tanggal 27 Oktober 2011 nanti, bertepatan dengan Hari Listrik Nasional, motto baru itu akan digemakan ke seluruh Indonesia. Kerja! Kerja! Kerja! Sebenarnya ada satu kalimat yang saya usulkan sebelum kata kerja! kerja! kerja! itu. Lengkapnya begini: Jauhi politik! Kerja! Kerja! Kerja!
Tapi teman-teman PLN menyarankan kalimat awal itu dihapus saja agar tidak menimbulkan komplikasi politik. Tentu saya setuju. Saya tahu, berniat menjauhi politik pun bisa kena masalah politik!
Sudah lama saya ingin naik business class yang baru dari Garuda Indonesia. Kesempatan ke Eropa ini saya pergunakan dengan baik. Toh bayar dengan uang pribadi. Saya dengar business classnya Garuda sekarang tidak kalah mewah dengan penerbangan terkenal lainnya. Saya ingin merasakannya. Saya ingin membandingkannya. Kebetulan saat umroh Lebaran lalu saya sempat naik business class pesawat terbaru Emirat A380 yang ada bar-nya itu.
Sejak awal, sejak sebelum menjabat CEO PLN, saya memang mengagumi transformasi yang dilakukan Garuda. Saya dengar di Singapura pun kini Garuda sudah mendarat di terminal tiga. Lambang presitise dan keunggulan. Tidak lagi mendarat di terminal 1 yang sering menimbulkan ejekan “ini kan pesawat Indonesia,  taruh saja di terminal 1 yang paling lama itu!”.
Beberapa menit lagi saya akan merasakan untuk pertama kali business class jarak jauh Garuda yang baru. Saya seperti tidak sabar menunggu boarding. Di saat seperti itulah tiba-tiba….“Ini ada tilpon untuk Pak Dahlan,” ujar keluarga saya yang akan sama-sama ke Eropa sambil menyodorkan HP-nya.Telpon pun saya terima. Saya tercenung. “Tidak boleh berangkat! Ini perintah Presiden!” bunyi telpon itu. “Wah, saya kena cekal,” kata saya dalam hati.
Mendapat perintah untuk membatalkan terbang ke Eropa, pikiran saya langsung terbang ke mana-mana.
Ke Wamena yang listriknya harus cukup dan 100% harus dari tenaga air tahun depan. Ke Buol yang baru saya putuskan segera bangun PLTGB (pembangkit listrik tenaga gas batubara) agar dalam 8 bulan sudah menghasilkan listrik.
Ke PLTU Amurang yang tidak selesai-selesai.
Ke Flores yang membuat saya bersumpah untuk menyelesaikan PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) Ulumbu sebelum Natal ini. Saya tahu teman-teman di Ulumbu bekerja amat keras agar sumpah itu tidak menimbulkan kutukan.
Pikiran saya juga terbang Lombok yang kelistrikannya selalu mengganggu pikiran saya. Sampai-sampai mendadak saya putuskan harus ada mini LNG di Lombok dalam waktu cepat. Ini saya simpulkan setelah kembali meninjau Lombok malam-malam minggu lalu. Saya tidak yakin PLTU di sana bisa menyelesaikan masalah Lombok dengan tuntas.
Pikiran saya terbang ke Bali membayangkan transmisi Bali Crossing yang akan menjadi tower tertinggi di dunia.
Ke Banten selatan dan Jabar selatan yang tegangan listriknya begitu rendah seperti takut menyetrum Nyi Roro Kidul.
Meski masih tercenung di ruang tunggu Garuda, pikiran saya juga terbang ke Lampung yang enam bulan lagi akan surplus listrik dengan selesainya PLTU baru dan geothermal Ulubellu.
Juga teringat GM Lampung Agung Suteja yang saya beri beban berat untuk menyelesaikan nasib 10.000 petambak udang di Dipasena dalam waktu tiga bulan. Padahal dia baru dapat beban berat menyelesaikan 80.000 warga yang harus secara massal pindah mendadak dari listrik koperasi ke listrik PLN.
Pikiran saya juga terbang ke Manna di selatan Bengkulu. Saya kepikir apakah saya masih boleh datang ke Manna tanggal 30 Desember, seperti yang saya janjikan untuk bersama-sama rakyat setempat syukuran terselesaikannya masalah listrik yang rumit di Manna.
Saya terpikir Rengat, Tembilahan, Selatpanjang, Siak dan Bagan Siapi-sapi yang saya programkan tahun depan harus beres.
Saya teringat Medan dan Tapanuli: alangkah hebatnya kawasan ini kalau listriknya tercukupi, tapi juga ingat alangkah beratnya persoalan di situ: proyek Pangkalan Susu yang ruwet, ijin Asahan 3 yang belum keluar, PLTP Sarulla yang bertele-tele dan bandara Silangit yang belum juga dibesarkan.
Pikiran saya terus melayang ke Jambi yang akan jadi percontohan penyelesaian problem terpelik system kelistrikan: problem peaker. Di sana lagi dibangun terminal compressed gas storage (CNG) yang kalau berhasil akan jadi model untuk seluruh Indonesia. Saya ingin sekali melihatnya mulai beroperasi beberapa bulan lagi. Masihkah saya boleh menengok bayi Jambi itu nanti?
Juga ingat Seram di Maluku yang harus segera membangun mini hidro. Lalu bagaimana nasib program 100 pulau harus berlistrik 100% tenaga matahari. Ingat Halmahera, Sumba, Timika…..
Tentu saya juga ingat Pacitan. PLTU di Pacitan belum menemukan jalan keluar. Yakni bagaimana mengatasi gelombang dahsyat yang mencapai 8 meter di situ. Ini sangat menyulitkan dalam membangun breakwater untuk melindungi pelabuhan batubara.
Dan Rabu 23 Oktober lusa saya janji ke Nias. Dan bermalam di situ. Empat bupati di kepulauan Nias sudah bertekad mendiskusikan bersama bagaimana membangun Nias dengan lebih dulu mengatasi masalah listriknya.
Yang paling membuat saya gundah adalah ini: saya melihat dan merasakan betapa bergairahnya seluruh jajaran PLN saat ini untuk bekerja keras memperbaiki diri. Saya seperti ingat satu persatu wajah teman-teman PLN di seluruh Indonesia yang pernah saya datangi.
Dengan pikiran yang gundah seperti itulah saya berdiri. Mengurus pembatalan terbang ke Eropa. Menarik kembali bagasi, membatalkan boarding, mengusahakan stempel imigrasi dan meninggalkan bandara.
Hati saya malam itu sangat galau. Saya sudah terlanjur jatuh cinta setengah mati kepada orang yang dulu saya benci: PLN. Tapi belum lagi saya bisa merayakan bulan madunya saya harus meninggalkannya.
Inikah yang disebut kasih tak sampai?

Dahlan Iskan
CEO PLN
baca selengkapnya .....

~new comments~

Make Your Own by widodo