special to : Erianto Anas


10.15 waktu indonesia bagian nganjuk
"mohon maaf bapak,mau kemana?..jika mau menuju ke pendopo kabupaten silahkan memutar lewat jalur timur,sedang ada demo,demi kelancaran bersama seluruh mobil di anjurkan lewat jalur timur" ujar sang polisi dengan santun...waduuhhh...demo lagi[biasa mendemo giliran ada demo malah sebel..ha..ha...]..oo00oooo..ternyata ada isu bahwa hari ini ada isu para guru mau demo,isu demo nggak tahu...yg penting ada isu guru mau demo...

"guru berdemo,apa nggak salah tuh?"
kenapa harus salah?..keran demokrasi sudah di buka sedemikian lebar dan menjamin setiap warga negara untuk menyampaikan pendapatnya secara terbuka...

"tapi mereka kan guru ?"
memangnya ada yang salah dengan sosok guru?..apakah saru dan tabu bagi seorang guru untuk melakukan demo?..siapa yang bilang tabu,toh mereka juga warga Indonesia,ketika baju PGRI yang selama ini melekat di badan mereka di buka,di dada mereka tetap tertanam jiwa warga negara Indonesia dan manusia biasa,ketika baju PGRI di buka,mereka tetap manusia biasa yang butuh meng-erupsikan aspirasinya...

"bukankah mereka sudah punya wadah penyaluran aspirasi?
betul,sudah ada wadah penyaluran aspirasi para guru,mereka para guru punya wadah bernama PGRI,tapi ingat,PGRI hanya tempat penampungan,bukan tempat eksekusi keputusan,memang menyuarakan aspirasi di jalanan bagi seorang guru kurang lazim,tapi memang perlu di lakukan.....

"berarti para guru kecanduan demonstrasi dong?"
yang bilang kecanduan demonstrasi siapa...itu hanya letupan kekecewaan bom waktu yang selama ini mereka pendam akibat kebijakan para pengambil keputusan yang tidak kunjung memperjuangkan dan mengangkat nasib serta kesejahteraan mereka....

"atau jangan-jangan guru berdemo karena ada faktor X?"
faktor X jelas ada,dan faktor juga akan menjadi banyak jika di runtut ke belakang,selama ini guru hanya menjadi sapi perah,selama ini para guru hanya menjadi kambing hitam atas korban kebijakan para elite,lihat saja berapa banyak guru dan kepala sekolah yang di mutasi hanya gara-gara tidak bisa mengarahkan dukungan untuk mendukung calon tertentu pada pilkada,dan masih banyak lagi faktor x lainnya,seperti di sunatnya gaji guru dengan alasan kesejehteraan,padahal logika dengan otak waras,bagaiaman bisa sejahetra kalau gaji di sunat?

"tapi demo guru bisa menimbulkan pro kontra?"
pro kontra wajar dan wajib terjadi,sebenarnya demo guru tidak perlu terjadi jika memang hak-hak para guru sudah di penuhi,jaminan kesejahteraan di penuhi,ketika jaminan kesejahteraan atas nasib mereka tdi abaikan,tentu saja mereka tidak bisa berdiam diri,mereka sudah lama tertindas,hanya di karenakan profesi mulia mereka saja yang selama ini membendung untuk bersuara.....

"tapi kan guru sudah di beri hak otonomi?'
halah itu kan cuman hak otonomi instruksional kurikulum,guru di beri hak otoritas penuh untuk mengimprovisasi kurikulum sekaligus menjadikan real kurikulum di dalam proses belajar mengajar dalam kelas,sama sekali bukan hak otonomi untuk mensejahterakan ekonomi dan mengangkat nasib mereka secara otonomi,itu hanya sebuah revolusi pendidikan,buka revolusi ekonomi para guru...
sebentar..dari sekian banyak pertanyaan,saya hanya menjawab saja,sekarang giliran saya bertanya,apakah anda seorang guru?

"bukan,saya seorang korlap demo"
lho apa hubungannya anda bertanya tentang demo guru?

"lha saya kan berprofesi korlap,harusnya saya tahu jika ada demo seperti ini,ya minimal saya bisa ajukan proposal pengerahan massa,siapa tahu ada komisi walaupun sedikit yang bisa masuk ke kantong saya"
halah..dasar kutu kupret,demo guru jangan di samakan dengan demo berlatar belakang politik,guru demo murni untuk memperjuangkan nasib dan kesejahteraan mereka,karena selama ini PGRI hanya  berperan sebagai macan ompong,setiap bulan gaji guru di potong untuk kelangsungan hidup PGRI,tapi PGRI malah seperti macan ompong,di beberapa daerah PGRI malah menjadi corong penguasa,PGRI menjadi lahan pengumpulan massa pilkada,para guru selama ini di buai dan di tipu dengan jargon kosong "pahlawan tanpa tanda jasa"..mereka di ninabobokan dengan jargon "pahlawan tanpa tanda jasa"tapi kesejahteraan dan nasib mereka sama sekali di abaikan,jangan jargon saja di gembar-gemborkan,kesejahteraan guru juga di imbangi...

"tapi kan tidak profesional itu namanya?"
siapa bilang tidak profesional?..hanya orang-orang yang gede omong saja yang bisa berkata bahwa guru tidak profesional....lihat saja para guru yang tetap setia pada profesi dan nasibnya,ketika para elite meneriakkan jargon "pahlawan tanpa jasa" harus di naikkan kesejahteraannya,para guru tetap setia dengan nasibnya yang malang,ketika para elite kesana kemari dengan dalih mengangkat nasib guru naik mobil mewah,para guru tetap setia pada nasibnya naik sepeda onthel,ketika para elite berlindung di balik rumah dinas mewah,para guru tetap setia dan profesional berdiam di gubug reotnya....

"jadi siapa dong tersangkanya pada demo kali ini?"
kita tidak menyalahkan guru berdemo,justru yang paling bersalah adalah adalah PGRI,sebagai organisasi yang menaungi insan pendidikan,harusnya PGRI bisa memperjuangkan nasib anggotanya,ketika guru berdemo,itu berarti menunjukkan ketidak becusan PGRI dalam memaintenance anggotanya,PGRI hanya sebagai wadah penampung,tidak ubahnya sampah,PGRI tidak berani mengambil keputusan,jadi jangan menyalahkan guru, profesi guru tidak salah,hanya mungkin pada penyampaiannya saja yang berbeda....

wasallam......
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
walaupun terlambat,setidaknya saya tetap perlu mengucapkan HUT PGRI ke 65 yg jatuh pada tanggal 25 nov 2010 kepada sobatku Erianto Anas.

sampah artikel lainnya:

4 Responses so far.

  1. Hahaha...!
    Ketua demo datang nih. Saya demo pada para guru yang demo.
    Kenapa? Berhentilah menjadi tumbal. Berhentilah jadi kambing hitam politik. Guru yang demo bukan guru cerdas. Tapi guru modal dengkul. Apa sih untungnya demo? Gaji sudah jelas segitu2 aja kok mau buang2 wktu demo. Nani yg untung PGRI, para petinggi di bidang pendidikan. Semmentara guru? PAling dibujuk dengn nasi bungkus. Itupun mereka sudah spt dapat sorga. Krn setiap hari wajah kehidupannya wajah busung lapar.

    Kepada guru yg masih lugu diarak2 untuk demo, pulanglah. Baca buku. Tambah wawasan. Berjuang lah dg "pena". Tunjukkan bahwa anda agen intelektual. BUkan agen preman. Memalukan. Apa bedanya anda dengan preman warung yg teriak-teriak. Sudah, bubar!

  2. Anas guru yang gemar berdemo pantas kita kasihani nggak ya?

  3. Kalo guru2 demo yang diuntungkan ya pelajar. Tapi kasihan juga pelajar, kalo guru demo trus ntar pelajar belajar apa?

  4. Rizki.. guru berdemo muridnya belajar apa?..ya belajar demo...ha..ha..ha...

Leave a Reply

jangan takut untuk berbeda,karena perbedaan itu indah|
mau komentar apa aja bebas,politik,spam,sara,sara azhary,terserah!

~new comments~

~archive~

Make Your Own by widodo